Pengembala Kota
performens berkostum dengan seruling bambu, 75 menit, 2014

Ada yang menyebutku sebagai pengembala kota, dimana daku memainkan suling di atas eksavakator, dan mengiringi performance lainnya, dengan berdendang bak seorang dalang untuk sedikit memberi pengantar terhadapa masyarakat yang menyaksikan acara ini, sebab memang pada saat yang sama banjir sedang melanda Ibukota Jakarta. Daku juga menyematkan bunga kertas di Pintu Air sebagai tanda terima kasihku terhadap pintu air yang telah membantu untuk menanggulangi banjir di kota ini. Dengan menyematkan botol plastik minuman air mineral sebagai kostum daur ulang ku sajikan sebagai penyeimbang kehidupan. Dimana tembang yang kusenandungkan juga sebagai bahasa terhadap Sang Penguasa Alam agar berpihak terhadap rakyat jelata.


The City's Shepherd
costumed performance with bamboo flute, 75 minutes, 2014

Like a shepherd guiding the city, a figure is joyfully playing his flute on an excavator, accompanying the other performers. As if he were an usher guiding and providing unknowing audiences information of what was happening, Jakarta was hit by massive flood. A stalk of paper flower vividly pinned onto the water gate as the shepherd's praise to the structure which has aided in overcoming the disaster. A collective of plastic bottles as his recycled costume was a service to his environment. A melodious song he hummed was a prayer to God to stand amongst the commoners.


photo documentation by Kelvin Atmadibrata.