'Bunga Uang' adalah sebuah aksi puitis yang menggambarkan kegagalan administrasi kapitalis di Jakarta, ibukota negara Indonesia ini. Mengikuti tema sesi waktu itu, 'Pahlawan', sang seniman menggunakan material atau bahan-bahan seperti bunga, sebuah selendang bermotif tengkorak dan uang koin. Ini digunakan untuk mengrepresentasikan kematian para Pahlawan yang sering disalah-tasfirkan atau diceritakan tidak sejajar dengan faktanya. Jacquelyn memberikan kehidupan baru kepada para Pahlawan dengan mempersembahkan bunga yang menandakan kebangkitan. Gerak-isyarat ini ditambahkan dengan gerak selanjutnya yang meletakan uang koin ke dinding bergambar timbul atau relief dinding. Gambar di dinding menceritakan skenario presiden Soekarno dan pemerintahannya yang sedang membantu para petani dan buruh merdeka dari penjajahan Belanda. Aksi menempelkan uang koin yang nantinya akan diambil orang mempertanyakan seberapa banyak adaptasi Barat dalam administrasi ekonomi yang telah diserap oleh sisi moderen Indonesia. Pertanyaan siapa pula yang memiliki uang itu semua juga dipersoalkan dari gerak-greak sang seniman. Jacquelyn dengan bahasa tubuhnya bertanya, pemerintah atau rakyat.


'Bunga Uang' is a poetic action to describe the failure of capitalist administration in the capital of Indonesia; Jakarta. In relation to the theme of 'Heroes', the artist uses the material of Flowers, Images of Skull on a scarf & Money (coins) to represent that the death of a hero is often misaligned and wrongly interpreted. She gives a new life to the heroes by the offering gesture of flowers signifying rebirth and by silently placing coins on the wall relief sculpture of Soekarno and his team leading the Indonesian farmers and workers out from the Dutch colonial rule. The act of placing money to be taken away questions yet again the practice of adopting western economic administration to modern Indonesia and the question of who actually owns money? The administration or the people? 


foto dokumentasi oleh Kelvin Atmadibrata